HEADLINEKALTIMTERKINI

Terik Matahari Sumber Berkah, Cerita Petani Kakao dari Rantau Sentosa

Di tengah terik matahari yang menyengat, Inak, seorang petani kakao berusia 70 tahun, aktif menjemur biji kakao sebagai bagian dari proses panennya di Desa Rantau Sentosa, Kutai Timur, Kaltim. Di halaman depan rumahnya, Inak dengan cepat menggulingkan biji kakao yang baru dipanen untuk menjemurnya

Realitasindo.com – Terik matahari terasa menyengat di Desa Rantau Sentosa, Kecamatan Busang, Kutai Timur, Kaltim, Minggu (2/5). Dari dalam rumah, Inak berjalan cepat menuju para-para, tempat penjemuran biji kakao, di halaman depan. Ia lalu mengguling butiran biji itu dengan tangannya.

“Menjemur kakao, ya dijemur dulu. Kalau nga panas-panas begini bisa empat hari,” sahutnya kepada realitasondo.com.

Bagi Inak, terik matahari adalah berkah karena menjadi satu-satunya sumber panas untuk menjemur kakao, hasil panen dari kebun miliknya.

Siang itu, perempuan 70 tahun ini tak sendiri. Dia ditemani sang suami sambil menggunakan caping di kepala. Musim panas seperti ini, masa yang baik untuk menjemur hasil panen. Dia mengatakan, kakao sudah menjadi salah satu mata pencaharian bagi keluarga selama bertahun-tahun.

“Kebun ada dua tempat, kita sudah menam kakao sejak 20 tahun lalu,” terangnya.

Dia menjelaskan, berkebun kakao lebih mudah, praktis dan santai. Sebab, setelah tanaman tak perlu dilihat setiap hari. Menurutnya, kakao juga lebih ‘ramah’ dengan tanaman lain. Saat masih muda dia bisa tumpang sari dengan jagung.

Selanjutnya, kata dia, kakao yang apabila sudah tinggi juga bisa diselingi pisang dan kelapa, atau tanaman lain yang sekaligus menjadi tanaman pelindung.

Kakao, memang tak jadi tumpuan utama ekonomi keluarga petani meskipun penghasilan dari komoditas ini, kata Inak, cukup untuk menutupi keperluan dapur sehari-hari.

Di desa ini, petani bisa memanen beberapa biji sekali seminggu untuk dijual kepada agen pengumpul. Harga jual tergantung kadar air dan lama jemur biji.

“Makin kering harga makin mahal. Rata-rata petani di desa ini menjemur biji kakao dua hari sampai empat hari, tergantung cuaca,” tutup Inak. (*).

Penulis: Imran RS

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button