SangattAqua, Produk AMDK Milik Perumdam TTB Kutim Siap Merambah Pasar Lokal

Realitasindo.com – Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) milik Perumdam Tirta Tuah Benua (TTB) Kutai Timur, SangattAqua, siap menjadi andalan baru di pasar lokal Kutim dan sekitarnya.
Produk ini hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan air minum berkualitas, dan saat ini telah tersedia dalam tiga varian kemasan, yakni gelas, botol 330 ml, dan botol 600 ml.
Direktur Utama Perumdam TTB Kutim, Suparjan, melalui Manajer Umum, Noor Hadi Syaputra, menyampaikan bahwa dua dari tiga kemasan tersebut — yaitu botol 330 ml dan 600 ml — telah lolos uji dan memperoleh izin edar.
“Untuk kemasan botol ukuran 330 ml dan 600 ml sudah bisa diproduksi dan akan segera didistribusikan. Sementara kemasan gelas masih dalam tahap revisi barcode karena sempat ditolak pada uji awal,” ungkap Noor Hadi, saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Kabo, Kutim, Jumat (20/6/2025).
Ia menambahkan, meski saat ini produk belum dijual secara komersial, kebutuhan internal di lingkungan Perumdam TTB Kutim telah menggunakan SangattAqua secara rutin.
“Di kemasan memang masih tertulis ‘tidak untuk diperjualbelikan’, jadi kami masih menunggu seluruh izin rampung sebelum bisa masuk ke pasar,” jelasnya.
Sebelum dipasarkan, SangattAqua telah melalui berbagai tahapan pengujian untuk menjamin standar kualitas air. Noor Hadi menjelaskan bahwa pabrik AMDK Perumdam TTB Kutim telah dilengkapi dengan laboratorium dan fasilitas penunjang yang memenuhi standar keselamatan kerja.
“Semua proses sesuai dengan protokol pabrik, termasuk standar K3 dan penggunaan APD bagi pekerja,” tambahnya.
Terkait kapasitas produksi, Noor Hadi menyebut bahwa pabrik memiliki kemampuan memproduksi ribuan unit per jam. Untuk kemasan gelas, pabrik mampu menghasilkan sekitar 4.800 gelas per jam, setara dengan 100 kardus per jam. Sementara botol ukuran 330 ml diproduksi 2.100 botol per jam, dan 600 ml sebanyak 2.008 botol per jam.
“Kapasitas ini masih batas minimal mesin. Bisa ditingkatkan, tapi konsekuensinya pada perawatan mesin akan lebih berat. Jadi kami pilih jaga stabilitas produksi,” pungkasnya.(Heris)