Viral di TikTok, Tabrak Lari di Bengalon Buka Mata Soal Etika Pengemudi Truk

Realitasindo.com — Sebuah video berdurasi kurang dari satu menit yang diunggah akun TikTok @kurakuradarat78 mendadak viral. Bukan tentang tantangan joget atau konten hiburan, melainkan rekaman tragis: seorang remaja tergeletak tak bernyawa di pinggir jalan, usai diduga ditabrak lari oleh sebuah dump truk.
Video itu direkam sesaat setelah kejadian nahas di Jalan Poros Bengalon-Kaliorang, Kilometer 125 Gunung Kudung, Senin (9/6/2025) dini hari. Dalam narasi video, si perekam—pengendara yang melintas—menggambarkan bagaimana truk besar menyalip secara paksa di jalan sempit hingga menghantam sepeda motor yang dikendarai korban, seorang pelajar SMP berinisial MA (14).
“Dia salip paksa orang. Pas dia salip paksa, tabrak motor, meninggal di tempat orang naik motor itu. Kenapa dia kabur?” ucap suara dalam video yang kini telah ditanggapi lebih dari 1.700 kali, dikomentari ratusan warganet, dan dibagikan puluhan kali.
Meski berdurasi singkat, video tersebut menjadi titik awal kesadaran publik sekaligus bukti awal yang memperkuat dugaan tabrak lari. Di saat aparat masih mengumpulkan saksi, video TikTok menjadi potongan penting yang membuka fakta awal kejadian.
Kapolsek Bengalon IPTU M. Yazid membenarkan bahwa rekaman itu turut menjadi perhatian penyidik. “Memang sempat beredar video di media sosial. Kita juga sedang kumpulkan informasi dari saksi dan bukti lainnya. Penanganan lanjut dilakukan oleh Unit Laka Polres Kutim,” katanya.
Kasus ini menunjukkan bagaimana media sosial kini memegang peran penting dalam pengungkapan kasus kecelakaan lalu lintas, khususnya di wilayah yang minim pengawasan CCTV dan saksi langsung.
Di kolom komentar, kemarahan warganet terlihat jelas. Mayoritas mengecam keras tindakan kabur dari lokasi kejadian, serta gaya mengemudi sebagian sopir truk yang dinilai ugal-ugalan di jalan sempit, terlebih di malam hari.
“Ini jalan bukan milik dump truk doang, mas! Kami juga mau selamat sampai rumah,” tulis akun @tiaraputra.
“Baru 14 tahun! Anak orang cari makan bantu orang tua malah jadi korban,” tulis akun lainnya.
Muncul pula dorongan agar perusahaan pemilik truk bertanggung jawab atas perilaku pengemudinya. Beberapa bahkan menyebut pentingnya pelatihan ulang dan pembinaan etika berkendara bagi sopir angkutan tambang dan logistik yang melintas di jalan umum.
Kecelakaan ini membuka mata banyak pihak bahwa keselamatan di jalan bukan semata soal teknis kendaraan, tapi soal mentalitas pengemudi.
“Truk besar itu kalau salah ambil keputusan, dampaknya fatal. Maka bukan cuma SIM dan keterampilan, tapi etika juga penting,” ujar Yusuf A., aktivis keselamatan jalan di Kutim, saat dimintai tanggapan.
Ironisnya, banyak pengemudi kendaraan berat di jalur tambang yang justru merasa dominan di jalan umum. Padahal, banyak pengguna jalan lainnya adalah pelajar, ibu rumah tangga, dan warga biasa.
Viralnya kasus ini memunculkan pertanyaan penting: apakah media sosial bisa mempercepat keadilan?
Dalam beberapa kasus, tekanan publik di dunia maya terbukti efektif mendorong pengungkapan perkara. Namun, tak jarang pula bukti digital hanya viral sesaat, lalu hilang ditelan algoritma.
Keluarga korban MA berharap, kasus ini tidak hanya jadi trending topic, tapi juga berakhir dengan pertanggungjawaban. “Kami tidak menuntut macam-macam. Yang kami minta cuma pelaku datang, minta maaf, dan bertanggung jawab,” ujar Herawati, tetangga sekaligus kerabat keluarga MA.
Video TikTok itu telah membuka mata banyak pihak. Bukan hanya soal tabrak lari yang merenggut nyawa remaja 14 tahun, tapi tentang pentingnya etika, kesadaran, dan tanggung jawab di jalan raya—terutama bagi mereka yang memegang kemudi kendaraan besar.
Kini, masyarakat menanti: apakah keadilan akan hadir, atau tragedi MA hanya akan jadi satu dari sekian banyak kisah tragis yang sebentar viral lalu dilupakan.(*)