
Realitasindo.com – 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh Internasional. Momentum ini bukan sekadar ritual tahunan atau aksi turun ke jalan. Ia adalah momen refleksi dan penghormatan bagi jutaan pekerja yang menjadi tulang punggung peradaban.
Hari Buruh bukan hanya milik mereka yang mengenakan seragam kerja di pabrik, tambang, atau sawah. Ini adalah hari bagi setiap individu yang bekerja keras untuk menghidupi keluarga, menopang ekonomi, dan memastikan roda kehidupan tetap berjalan. Kita semua, dalam bentuk dan medan yang berbeda, sejatinya adalah buruh.
Di tengah kemajuan teknologi dan modernisasi, kenyataan pahit masih dirasakan oleh banyak pekerja: tekanan kerja yang berat, upah yang belum layak, hingga ketakutan kehilangan pekerjaan. Ancaman itu nyata—tak bisa bayar kontrakan, tak bisa membiayai pendidikan anak, atau bahkan hanya untuk membeli susu bagi buah hati.
Mereka tidak menuntut kemewahan. Mereka hanya ingin pengakuan dan perlindungan. Sebab dari peluh mereka, makanan hadir di meja kita. Dari kerja mereka, gedung-gedung berdiri, jalan dibuka, dan layanan masyarakat berjalan. Dari jerih payah merekalah, peradaban ini tegak berdiri.
Momentum Hari Buruh seharusnya menjadi pengingat bagi negara dan masyarakat bahwa keadilan sosial bukan wacana belaka. Ia harus mewujud nyata dalam kebijakan yang berpihak, upah yang layak, jaminan sosial yang memadai, serta pengakuan yang tulus atas peran buruh dalam kehidupan kita.
Selamat Hari Buruh Internasional.
Mari kita jaga martabat pekerja. Karena menghargai peluh mereka, berarti menjaga peradaban kita bersama.(*)