Wastra Kutim, Antara Tradisi dan Modernitas di Ajang Lomba Fashion Show
Realitasindo.com – Upaya melestarikan budaya lokal kembali mendapat panggung melalui Lomba Fashion Show Wastra Kutai Timur (Kutim) Busana Kerja yang digelar TP PKK Kutim di Gedung Wanita, Kawasan Bukit Pelangi, pada Senin (14/11/2024). Acara ini digagas sebagai bagian dari rangkaian peringatan HUT Kutai Timur ke-25 dengan menampilkan inovasi batik lokal dalam balutan busana kerja.
Lomba yang berlangsung selama dua hari, dari 13 hingga 14 November, ini diikuti oleh perwakilan dari 18 kecamatan. Pembukaan acara dilakukan langsung oleh Pj Ketua TP PKK Kutim, Hj Surlailinda Agus Hari Kesuma, dengan kehadiran para Camat, Gabungan Organisasi Wanita (GOW), dan berbagai undangan lainnya.
“Kita patut bangga dengan karya-karya yang ditampilkan dalam ajang ini. Desainnya sangat modern, tetapi tetap membawa nilai tradisional yang kuat. Ini adalah bentuk kepedulian terhadap warisan budaya lokal,” ujar Surlailinda dalam sambutannya.
Ajang ini tidak hanya soal peragaan busana. Menurut Ketua Panitia, Nurul Karim, kegiatan ini dirancang untuk mengenalkan kembali filosofi batik Kutai Timur.
“Setiap peserta tidak hanya memperagakan busana, tetapi juga diminta menjelaskan makna dan filosofi kain yang mereka kenakan. Ini adalah cara kita melestarikan identitas budaya yang tersemat di setiap motif batik,” tutur Nurul.
Para juri, yang terdiri dari Ita Supianti (Ketua Pokja TP PKK Kutim), Maryam A Arifin (alumni Putri Indonesia Kaltim 2017), dan Dina Novitanti (alumni Putri Indonesia Kaltim 2015), menilai peserta berdasarkan kreativitas desain, kesesuaian tema, serta kemampuan mereka dalam menyampaikan filosofi kain.
Tema Wastra Kutai Timur: Busana Kerja/Pakaian Kantor menggarisbawahi upaya untuk membawa kain tradisional masuk ke ruang modern. Peserta diminta menampilkan inovasi busana yang sesuai dengan dunia kerja tetapi tetap mempertahankan ciri khas daerah.
“Batik bukan hanya pakaian seremonial. Kami ingin mengangkatnya menjadi pakaian sehari-hari, terutama untuk bekerja. Harapannya, batik Kutim bisa menjadi identitas baru di tengah perubahan zaman,” kata Nurul.
Ajang ini juga menjadi sarana memperkenalkan batik lokal selain yang selama ini dikenal, seperti batik Wakaroros, sekaligus mendorong lahirnya motif-motif baru dari berbagai kecamatan.
Hj Surlailinda berharap bahwa melalui kegiatan seperti ini, batik Kutai Timur tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga dikenal di kancah nasional, bahkan internasional.
“Kami optimistis bahwa wastra Kutai Timur, dengan inovasi desain yang ditampilkan, akan menjadi kebanggaan yang bisa melampaui batas wilayah,” ungkapnya.
Dengan desain modern yang tetap membawa nilai lokal, lomba ini sekaligus menjadi cerminan bagaimana tradisi dapat menyatu dengan modernitas. Sebuah bukti bahwa kebudayaan daerah dapat terus relevan tanpa kehilangan jati dirinya.
Lomba ini, pada akhirnya, tidak hanya soal kompetisi tetapi juga gerakan untuk mendorong kreativitas, kebanggaan, dan keberlanjutan batik Kutai Timur. Dalam jangka panjang, ajang seperti ini diharapkan dapat menciptakan regenerasi pembatik lokal yang mampu mengangkat Kutai Timur melalui motif-motif yang sarat filosofi. (ADV/diskominfo)