Berhasil Budidaya Jamur Tiram, Bupati Apresiasi Petani Milenial Asal Desa Kerta Buana
Kutai Kartanegara – Seorang petani asal Kecamatan Tenggarong Seberang telah berhasil membudidayakan jamur tiram di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Petani tersebut bernama I Made Susana dari Desa Kerta Buana.
Keberhasilannya itu mendapat apresiasi Bupati Kukar, Edi Damansyah ketika melihat langsung pembudidayaan jamur tiram. Menurut Edi, budidaya yang dikembangkan ini telah menjadi inspirasi bagi petani jamur lainnya.
Hal tersebut, juga selaras dengan program dedikasi Kukar Idaman yakni meningkatkan pertanian dalam arti luas. Pemkab Kukar terus memberikan dorongan dan fasilitas bagi para petani agar bisa terus maju dan berkembang.
“Metode yang dilakukan oleh pak Made ini telah banyak membuahkan hasil yang maksimal, dengan keberhasilannya ini tentu saja kita bangga petani Kukar bisa memberikan inspirasi kepada petani lain untuk berkembang lebih baik lagi,” kata Edi.
Kini, pengembangan jamur tiram yang dilakukan petani milenial telah ditetapkan sebagai pusat pelatihan. Pemerintah kabupaten selalu siap untuk memfasilitasi dan mendukung pengelolaan pertanian di Kukar.
“Untuk para petani yang ingin belajar berbudi daya jamur seperti ini, silahkan datang ke Desa Kerta Buana, nanti Pemkab Kukar akan memfasilitasinya, banggalah menjadi petani,” tambahnya.
Pada kesempatan itu, Edi Damansyah mendengarkan secara seksama penjelasan I Made Susana selaku pengelola jamur tiram juga petani milenial Kaltim.
Kata Made, pembuatan budidaya jamur tiram satu kali periode memakan waktu kurang lebih 120 hari. Pembuatan baglog atau wadah tanam bibit setidaknya butuh tujuh hari, inkubasi 30 hari, dan 80 hari masa tumbuhnya jamur. Dalam waktu 4 bulan tersebut, setiap baglog dapat dipanen antara 4 sampai 5 kali.
“Saya berharap dengan adanya kelompok-kelompok tani jamur tiram yang terbangun, di Kukar khususnya Kecamatan Tenggarong Seberang, memiliki komoditas unggulan dengan kapasitas produksi yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat lokal maupun kota-kota sekitar,” tuturnya.
Budidaya yang dikembangkan sudah berjalan enam tahun. Ia berhasil memproduksi 150 kilogram jamur tiram per-harinya. Keuntungan yang didapatkan cukup besar, panen hariannya dikalikan harga jual senilai Rp 30 ribu per kilogramnya.
“Ke depan diharapkan bagaimana pemerintah bisa memotivasi para pemuda agar mau mengembangkan profesi pertanian,” tandasnya. (dh/advdiskominfokukar)