Alasan Mahyunadi Ingin Dampingi Adiansyah hingga Gagasan Konsep Blue Print Pembangunan
Mahyunadi Ungkap Alasan Ingin Jadi Cawabup Ardiansyah Sulaiman di Pilkada Kutim
Realitasindo.com – Figur Mahyunadi kerap menjadi perbincangan hangat sebagai salah satu tokoh kuat yang bakal menghiasi bursa calon bupati/wakil bupati Kutai Timur (Kutim) 2024. Ia kini digadang Partai Perindo untuk mendampingi petahana Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman dalam Pilkada yang akan dihelat tahun ini.
Lalu, bagaimana sosok Ardiansyah Sulaiman dimata Mahyunadi. “Beliau itu baik, dan susah untuk bertengkar dengan orang lain. Jadi kalau bertengkar dengan Pak Ardiansyah yang salah itu kita. Itu kata senior-senior saya,” ucap Mahyunadi, Kamis (9/5/2024).
Mahyunadi mengakui jika Ardiansyah Sulaiman memiliki program yang baik dalam kontes pembangunan daerah. Meskipun, kata dia, realiasi dan target program-programnya tidak sepenuhnya tercapai. Disebut tidak tercapai karena masih ada program yang dibuat belum selesai dilaksanakan hingga menjelang akhir masa jabatan kepala daerah. “Tapi tidak tercapai ini penyebab dan indikatornya apa?. Programnya bagus, misi visinya bagus, jadi indikatornya kenapa itu tidak tercapai,” ucapnya.
Dia menyebut persolan tersebut bisa disebabkan oleh dinamika proses dan situasi politik 2024. Karena ketidak kekondusifan situasi politik akan menjadi batu sandungan pembangunan, khususnya di daerah. Sebab masalah klasik itu bisa berdampak pada realisasi penyerapan anggaran. Tarik menarik kebijkan antara bupati dan wakil bupati harusnya dihindari demi kepentingan masyarakat. “Ibarat lagu engkau ke kiri aku ke kanan, itu kan repot,” jelas Mahyunadi.
Di lain sisi, Mahyunadi mengungkap alasannya bersedia menjadi bacawabup pendamping Ardiansyah Sulaiman meski pernah berfikir tidak cocok lagi jadi wakil, melainkan lebih pas untuk maju sebagai cabup. Ia ibaratkan bupati dan wakil bupati seperti matahari dan bulan. Bulan yang tidak memiliki cahaya sendiri layaknya wakil bupati yang hakekatnya tak punya misi visi. Sedangkan bupati yang memiliki misi dan visi seperti matahari yang terang dengan cahaya sendiri. “Bulan hanya mendapatkan pantulan cahaya dari matahari. Sebelum memutuskan jadi calon wakil saya harus menyadari itu. Ketika menjadi wakil bupati itu tidak memiliki misi visi, jadi nantinya tidak ada lagi tarik menarik kepentingan,” katanya.
Mahyunadi mengungkapkan, salah satu alasannya mau berduet dengan Ardiansyah Sulaiman yakni merasa cocok dengan politikus PKS tersebut. “Masalah cocok tidak cocok ini tergantung karakter, tapi kalau merasa cocok dengan bupatinya kenapa tidak,” paparnya.
“Mungkin jadi takdir awal-awal saya jadi nomor dua. Karena saya anak kedua dari sepulu bersaudara,” lanjut Yunat – sapaan Mahyunadi.
Pemimpin yang Kokoh Dimulai dari Kesuksesan Memimpin Keluarga
Kepemimpinan publik akan kokoh jika diawali dengan individu-individu pemimpin yang sukses di dalam rumah tangga atau keluarga. Hal tersebut pun telah dibuktikan oleh sosok Mahyunadi. Dikatakan, sejak Mahyudin (kakak Mahyunadi) pindah Jakarta, ia berpesan dan menugaskannya untuk membina saudara-saudara. “Alhamdullilah adik-adik saya rukun dan sukses-sukses semuanya,” jelasnya.
Berkaca dari itu, kata dia, secara filosofis dirinya sudah bisa memimpin dan terbiasa menerima perintah dan meneruskannya ke bawah. Kebiasaan memimpin dan membina keluarga bisa diaplikasikan di pemerintahan jika nanti mendapatkan delegasi dan amanah sebagai orang nomor dua di Kutim. “Dan Bismillah saya bersambut manis, ternyata komunikasi saya selama ini bukan pepesan kosong. PKS mempertimbangkan saya sebagai salah satu calon pendamping Pak Ardiansyah,” ungkapnya.
Namun menurut Mahyunadi hal itu semua dikembalikan ke Ardiansyah Sulaiman dan PKS. Siapapun nantinya yang ditetapkan sebagai cawabup.
“Saya siap menunggu komitmen apa yang akan ingin kita bangun bersama atas dasar kebersamaan, dan di atas segalanya hanya untuk kepentingan warga masyarakat Kutai Timur, apa yang akan kita lakukan. Sekali lagi demi kemajuan Kutai Timur,” imbuhnya.
Pemkab Harus Miliki Susun Blue Print Pembangunan
Soal pembangunan, Mahyunadi mengatakan, pemerintah harus membuat blue print atau garis besar dalam membuat perencanaan. Ini penting untuk semua sektor seperti infrastruktur, ketahanan pangan, kawasan industri dan lainnya. Agar pembangunan lebih tepat sasaran dan sesuai rencana pembangunan yang ada di level atasnya.
“Begitu kita menang, saya berharap kita datangkan tim perencanaan. Bagaimana Pak Jokowi (presiden) merencanakan ibu kota, anggarkan sekian miliar untuk perencaan Kutai Timur. Kita harus punya blue print pembangunan daerah. Jadi siapapun yang menang kita tidak bisa lari dari blue print ini,” tegasnya.
Dia mencontoh pembangunan drainase saat ini yang dinilai tak memiliki konsep yang matang. Menurutnya, struktur drainase di sisi hilir lebih tinggi dari pada hulu, sehingga saat hujan air tidak dapat mengalir ke luar. Dia menyebut ketidak seimbangan pembangunan drainase bisa disebakan oleh kontraktor, masing dari mereka memiliki desain dan struktur pekerjaan berbeda-beda.
“Ketika nanti terpilih kita rencanakan pembangunan yang komprehensif. Sangatta mau diapakan, kalau kita mau bikin Sangatta ini kota dagang, kota industri maka variabel-variabel untuk itu harus kita siapkan,” pungkasnya. (IRS).