HEADLINENASIONALTERKINI

Amran Sulaiman Kunjungi Tempat Tinggal Masa Kecil di Barru: Dulu Saya Pemecah Batu di Sini

Ketua Umum IKA Unhas Andi Amran Sulaiman didampingi putranya Andi Amar Maruf Sulaiman membagikan 2.000 paket sembako dan bingkisan makanan jadi untuk berbuka puasa kepada warga di Kabupaten Barru Senin (3/4/2023).

Realitasindo.com— Mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman rupanya pernah tinggal di Kabupaten Barru Sulsel saat kecil.

Amran kecil ketika itu ikut sang ayah yang berprofesi sebagai tentara.

Sang ayah ditugaskan di Kabupaten Barru.

Amran kecil bersama keluarga tinggal di Ballewe, Desa Binuang, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru pada tahun 1970-an.

Amran mengungkapkan, ia pernah bekerja sebagai pemecah batu untuk tambahan biaya sekolah saat kecil.

Ia juga pernah menangkap ikan mujair untuk sekedar mengisi perut yang lapar.

“Ya, itu nyata. Saya jadi pemecah batu kemudian dijual untuk biaya sekolah. Mencari ikan di kolam, kadang juga ikannya orang kita ambil. Bukan karena nakal, tapi karena lapar,” kata Amran di Barru Senin (3/4/2023).

Founder AAS Foundation itu mendatangi tempat tinggal masa kecilnya di Ballewe, Desa Binuang, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, Senin (3/4/2023) pagi.

Kegiatan ini sebagai lanjutan Safari Ramadan AAS Community 2023. Setelah sebelumnya dilaksanakan di Kabupaten Maros dan Pangkep.

Barru adalah titik ketiga yang rencananya akan menyasar 9 kabupaten.

Andi Amran Sulaiman kembali menginjakkan kaki di kampung yang pernah ditinggalinya selama kurang lebih 7 tahun.

Tepatnya 40 tahun yang lalu. Kala itu usianya masih 2 tahun, Amran kecil ikut orang tuanya yang seorang tentara ditugaskan di Barru.

Amran melanjutkan, tahun 1978 ia meninggalkan Barru kembali ke kampung kelahirannya di Bone.

Kala itu usianya masih 8 tahun. Amran ke Bone dengan berjalan kaki sembari membawa beberapa ekor sapi.

Langkah demi langkah ia jalani sejauh ratusan kilometer tanpa mengenal lelah dan menyerah. Sesekali ia singgah di masjid untuk salat dan beristirahat.

“36 tahun saya rasakan kemiskinan, amat sangat miskin. Tapi saya punya mimpi besar dan saya bertekad menggapainya. Walaupun sampai harus memeras keringat dan air mata,” kenang Amran.

Nasib baik memihak padanya. Hasil tak pernah mengkhianati kerja keras. Amran berhasil keluar dari garis kemiskinan.

“Jangan kena sinar matahari di rumah. Mau kaya gampang. Jangan biarkan ada tanah yang tidur. Tanami apa saja yang menghasilkan,” ujar Amran.(tribuntimur)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button