Realitasindo.com- Heboh di media sosial Kabupaten Wajo disebut sebagai wilayah zona merah di Sulawesi Selatan (Sulsel) usai perkara lamaran pria India ditolak. Anggota DPRD Sulsel, Ismail Bachtiar angkat bicara terkait fenomena yang ramai dibicarakan warganet.
Ismail mengaku Wajo dikatakan sebagai zona merah lantaran dua perkara yang terjadi di wilayah tersebut. Pertama terkait anak anggota DPRD Wajo yang menganiaya tukang parkir, hingga pria India Asib Ali Bhore yang lamarannya ditolak gadis Wajo, Syarifha Haerunnisa alis Nisha.
“(Istilah Wajo zona merah dibicarakan sebagai bentuk) Guyonan netizen di sosmed. Gara-gara viral soal Ali (pria asal India),” ucap Ismail Minggu (26/2/2023).
Namun legislator fraksi PKS ini menilai, gurauan netizen di medsos itu bisa menimbulkan kesan negatif. Pasalnya Kabupaten Wajo punya hal yang positif dan patut ditonjolkan.
“Orang menganggap Wajo ini zona merah, Wajo ini bukan tempat yang pas. Saya masih yakin, banyak hal lain yang perlu ditiru di Wajo,” katanya.
Menurutnya, pembicaraan di media sosial berpotensi mengubah persepsi publik. Apalagi yang ramai dibicarakan netizen hanya kesan negatif meski hanya berupa sindiran atau guyonan sekalipun.
“Itu hanya guyonan, cuman dikhawatirkan jangan sampai itu menjadi persepsi publik secara nasional. Hampir semua obrolan di sosial media mengarah ke sana soal Wajo,” beber Ismail.
Dia berharap, warga utamanya warganet bijak dalam bermedia sosial. Menurutnya, Wajo punya jejak sebagai tempatnya para pembelajar.
“Makanya saya minta stop obrolan soal zona merah. Wajo itu kabupaten tempatnya orang makkanre guru (belajar),” paparnya.
“Kalau nilai moral kita belajar dari Wajo. Wajo sebenarnya tidak seperti itu. Wajo kan salah satu kabupaten di Sulsel yang memiliki sumber daya manusia terbaik,” urai Ismail.
Ismail meyakini, masih banyak hal yang bisa ditiru dari Kabupaten Wajo. Wilayah yang juga dikenal punya banyak masjid dan pesantren.
“Saya yakin masih banyak hal-hal yang perlu kita tiru dari Wajo. Ada pahlawan La Maddukelleng, ada ribuan masjid dan pesanteren di Wajo, As’adiyah apalagi,” ucapnya.
Ismail pun enggan menanggapi soal kasus di Wajo yang viral di media sosial. Namun dia menekankan, jangan sampai satu atau dua kejadian membuat Wajo mendapat citra buruk di mata masyarakat luas.
“Saya meyakini di Wajo masih besar optimisme saya insyaallah hal-hal baik masih banyak. Ayo kita kembali ke Wajo. Jangan karena Haerunnisa tercoreng nama Wajo,” tegas Ismail.(detiksulsel)