Realitasindo.com- Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur terus berkomitmen menekan angka kematian ibu dan bayi yang sampai saat ini masih tinggi.
Kepala Dinkes Kaltim dr Jaya Mualimin mengatakan kematian ibu dan bayi banyak yang meninggal dunia karena terlambat dalam penanganannya, juga ibu hamil terlambat dalam diagnosa, maka Dinkes akan fokus dalam ANC1 atau konsultasi saat kehamilan ibu, baik konsultasi pertama sampai konsultasi keenam, dan cakupannya harus 95 persen bagi ibu-ibu yang sedang hamil.
Jaya menambahkan tahun 2021, kematian ibu dan bayi sekitar 168 kasus, dan jumlah tersebut penyebabnya adalah pandemi Covid-19 pada waktu itu, tapi sekarang sudah tidak ada Covid-19 masih terjadi 73 kasus.
Jika dianalisis kematian ibu dan bayi ini bukan karena mutu layanan sangat rendah, tetapi memang manajeman dan melaksanakan upaya kasus ibu melahirkan belum optimal.
Ini salah satu faktor usia harapan hidup yang penting dalam melakukan upaya meningkatkan derajat masyarakat.
Sambungnya, survei terbaru penanganan gizi pada balita naik 1,1 persen terhadap balita stunting. Kenaikan ini menjadi catatan, dimana target yang direncanakan dari 22,8 persen turun sekitar tiga persen menjadi 19,8 persen.
“Saya optimis menurut survei yang dilakukan oleh kementerian kesehatan melalui satu sisi Indonesia walaupun kita naik 1,1 persen kita masih menjadi Provinsi yang termasuk terendah di Kalimantan,”ucapnya.
Dibandingkan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, angka stunting Kaltim terendah di pulau Kalimantan.
Tampak hadir Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Prov Kaltim Muhammad Faisal, Pejabat Eselon III dan IV serta awak media baik online maupun cetak. (Prb/ty)diskominfo kaltim